Perkembangan Perekonomian Indonesia
Disusun
Oleh :
1
EB 22
Harmbati 2A213213
Indah Nurlestari 2A213365
Melani Oktafiarni 2A213212
Metta Ratna Dewi 2A213214
Silvia Oktaviani 2A213215
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sudah hampir 69
tahun Indonesia merdeka, akan tetapi kondisi perekonomian Indonesia tidak juga
membaik. Masih terdapat ketimpangan ekonomi, tingkat kemiskinan dan
pengangguran masih tinggi, serta pendapatan per kapita yang masih rendah. Untuk
dapat memperbaiki sistem perekonomian di Indonesia, kita perlu mempelajari
sejarah tentang perekonomian Indonesia dari masa penjajahan hingga masa
reformasi. Dengan mempelajari sejarahnya, kita dapat mengetahui
kebijakan-kebijakan ekonomi apa saja yang sudah diambil pemerintah dan
bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia serta dapat memberikan
kontribusi untuk mengatasi permasalah ekonomi yang ada.
Indonesia
sebagai negara baru yang merdeka dituntut untuk mampu menghidupi negaranya
sendiri dalam berbagai aspek kehidupan. Baik itu aspek ekonomi, politik,
budaya, dan lain – lain. Perkembangan ekonomi Indonesia mengalami perkembangan
mulai masa pemerintahan Presiden Soekarno yang dikenal dengan zaman orde lama.
Kemudian mengalami perkembangan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto yang
dikenal dengan zaman orde baru. Hingga zaman reformasi yang mengalami perubahan
besar – besaran dalam aspek ekonomi. Begitupun dengan aspek – aspek kehidupan
lainnya seperti politik, sosial, kebudayaan, dan lain – lain.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana perkembangan perekonomian Indonesia pada masa
Penjajahan?
2.
Bagaimana perkembangan perekonomian Indonesia pada masa
Orde Lama?
3.
Bagaimana perkembangan perekonomian Indonesia pada masa
Orde Baru?
4.
Bagaimana perkembangan perekonomian Indonesia pada masa
Reformasi?
5.
Usaha apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah
perekonomian?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui perkembangan perekonomian Indonesia pada
masa Penjajahan
2.
Mengetahui perkembangan perekonomian Indonesia pada
masa Orde Lama
3.
Mengetahui perkembangan perekonomian Indonesia pada
masa Orde Baru
4.
Mengetahui perkembangan perekonomian Indonesia pada
masa Reformasi
5.
Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi
perekonomian
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Perekonomian Indonesia pada Masa
Penjajahan
Ø
Pada Masa Penjajahan Belanda
Sebagai hasil dari berbagai kajian
yang lebih mutakhir mengenai sejarah perekonomian bangsa kita di masa kekuasaan
Belanda pernah disajikan dalam suatu konferensi terbuka yang secara khusus
membahas sejarah perekonomian Indonesia.
Yang pertama di pertengahan
dasawarsa tahun 1960-an terdapat beberapa arsip Belanda dan Indonesia yang
berisikan tentang sistem administrasi pada masa pemerintahan Belanda yang
terjadi pada abda ke-19 dan abad ke-20 yang dibuka untuk umum. Bahkan hasil
pengkajian yang lebih mendalam dari arsip – arsip tersebut melahirkan berbagai
temuan yang membantah berbagai pendapat tentang masa silam, contohnya sistem
tanam paksa yang menimpa para petani di Pulau Jawa saat itu, banyak sejarahwan
yang berpendapat bahwa hal itu telah menjadikan petani di Jawa menjadi lebih
miskin, padahal tidak demikian.
Termasuk bagian kedua yang menjadi
pendorong terhadap bangkitnya keinginan mempelajari sejarah perekonomian
Indonesia adalah hasil pengumpulan dan seleksi beberapa data statistik yang
sangat besar yang dilakukan oleh almarhum P. Creutsberg yang merupakan seorang
pensiunan biro pusat statistik Jakarta yang juga saat itu membawahi beberapa
kelompok ekonom kecil Belanda.
Nah, kelompok itu berhasil
mengumpulkan statistik perekonomian Indonesia dalam kurun waktu 1816 – 1940
yang kemudian mengalihkan perhatian beberapa ekonom Australia yang saat itu
turut mempelajari sejarah ekonomi Indonesia masa kini, justru semakin tertarik
untuk terlebih dahulu mempelajari data statistik yang dikumpulkan oleh kelompok
ekonom Belanda tersebut dalam rangka menjadi acuan untuk mempelajari ekonomi
Indonesia di masa kini.
Ø
Pada Masa Sistem Tanam Paksa
Menurut sejarah, sejarah
perekonomian Indonesia mencatat bahwa ditahun 1830 terjadi kebangkrutan yang
dialami oleh pemerintah penjajah akibat dari Perang Diponegoro tahun 1825 –
1930 yang merupakan perang terbesar di tanah Jawa dan juga Perang Paderi tahun
1821 – 1837 di Sumatera Barat. Kemudian Jendral Van den Bosch selaku Gubernur
saat itu memperoleh izin untuk menerapkan Sistem Tanam Paksa atau yang disebut
dengan Cultuur Stelsel yang memiliki tujuan utama untuk menutupi defisit dari
besarnya anggaran pemerintah serta untuk mengumpulkan kembali kas pemerintahan
yang habis terpakai.
Sebenarnya sistem tanam paksa ini
lebih kejam dan lebih keras dibanding dengan sistem monopoli VOC sebab adanya
sasaran keperluan pemasukan negara yang memang sangat dibutuhkan saat itu. Jika
dalam masa monopoli VOC para petani diwajibkan menjual hasil tertentu dari
pertaniannya kepada VOC, maka di masa tanam paksa ini pemerintah sekaligus yang
menetapkan harganya. Akibatnya matinya perkembangan sistem pasar yang bebas.
Sistem tanam paksa ini juga banyak
dijadikan contoh sejarah klasik yang menindas rakyat Indonesia khususnya petani
di Jawa saat itu. Dengan memaksa para petani untuk bekerja hingga 4 kali lebih
lama dari jam kerja biasa dengan tujuan pokok agar kapasitas hasil pertanian
meningkat demi untuk meningkatkan kondisi ekonomi pemerintahan Belanda saat
itu.
Memang dari hasil sistem Tanam
Paksa ini berhasil meningkatkan sejumlah komoditi pertanian hingga dapat
dieskpor ke Eropa, sehingga semakin tinggi penghasilan yang didapat oleh
pemerintahan Belanda saat itu namun upah yang diberikan kepada kaum petani
tidak seimbang dibanding tenaga dan jerih payah yang mereka keluarkan di masa
sistem tanam paksa tersebut.
B.
Perkembangan Perekonomian Indonesia pada Masa Orde Lama
Pemerintahan pada masa orde lama
dibagi menjadi 3, yaitu :
1)
Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Pada masa awal kemerdekaan keadaan
ekonomi Indonesia sangat buruk disebabkan oleh:
a.
Inflasi yang sangat tinggi
b.
Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan
November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negeri RI
c.
Kas Negara kosong
d.
Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan
Usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengatasi kesulitan ekonomi pada masa pasca kemerdekaan, antara lain :
1.
Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri
keuangan Ir. Surachman dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat (BPKNIP) mengadakan pinjaman nasional yang akan dikembalikan dalam
jangka waktu 40 tahun.
2.
Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India,
mengadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade
Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
3.
Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk
memperoleh kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi
yang mendesak, yaitu: masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang,
serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
4.
Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19
Januari 1947
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
5.
Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada
pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada
pangan, diharapkan perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat :
sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).
2)
Demokrasi Liberal (1950-1959)
Kondisi Ekonomi Indonesia pada masa
liberal masih sangat buruk. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a.
Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal
27 Desember 1949, Bangsa Indonesia menanggung beban keuangan dan ekonomi,
seperti yang telah ditetapkan dalam hasil KMB. Beban tersebut berupa utang luar
negeri sebesar 1,5 triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 triliun rupiah.
b.
Politik Keuangan Indonesia tidak dibuat di Indonesia
melainkan dirancang di Belanda.
c.
Pemerintah Belanda tidak mewarisi ahli-ahli yang cukup
untuk mengubah sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
d.
Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan
pengeluaran pemerintah untuk operasi-operasi keamanan sangat meningkat.
e.
Defisit yang harus ditanggung pemerintah RI pada waktu
itu sebesar Rp. 5,1 miliar.
f.
Ekspor Indonesia hanya bergantung pada hasil
perkebunan.
g.
Angka pertumbuhan jumlah penduduk besar.
Usaha untuk memperbaiki
perekonomian pada masa demikrasi Liberal ialah :
1)
Gunting Syarifuddin
Kebijakan gunting syarifuddin
adalah pemotongan nilai uang. Tindakan keuangan ini dilakukan pada tanggal 20
Maret 1950 dengan cara memotong semua uang memotong semua uang yang bernilai
Rp. 2,50 keatas hingga nilainya tinggal setengahnya.
2)
Program Benteng (benteng group)
Gagasan program benteng dituangkan
oleh Dr. Sumitro Djojohadikusumo dalam program kabinet Natsir (September-April
1951). Selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia
menerima bantuan kredit dari program Benteng ini.
3)
Nasionalisasi de javasche bank
Pada tanggal 19 Juni 1951, kabinet
Sukiman membentuk nasionalisasi De Javasche Bank. Pada tanggal 15 Desember 1951
diumumkan Undang-undang No. 24 tahun 1951 tentang nasionalisasi De Javasche
Bank menjadi Bank Indonesia sebagai Bank sentral dan Bank Sirkulasi.
4)
Sistem Ekonomi Ali-Baba
Diprakarsai oleh Iskaq
Tjokrohadisurjo, menteri perekonomian dalam kabinet Ali Sastroamijoyo I. Dalam
kebijakan Ali Baba, pengusaha non pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan
dan tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa indonesia agar dapat menduduki
jabatan-jabatan staf. Selanjutnya, pemerintah menyediakan kredit dan lisensi
bagi usaha-usaha swata nasional dan memberikan perlindungan agar mampu bersaing
dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada.
5)
Persetujuan Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa pemerintahan kabinet
Burhanuddin Harahap dikirimkan suatu delegasi ke Jenewa untuk merundingkan
masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda. Misi
yang dipimpin oleh Anak Agung Gede Agung pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai
kesepakatan sebagai berikut :
a.
Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
b.
Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas
hubungan bilateral.
c.
Hubungan Finek didasarkan pada Undang-Undang Nasional,
tidak boleh diikat oleh perjanjian lain antara kedua belah pihak.
6)
Rencana Pembangunan Lima tahun (RPLT)
Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo
II, pemerintah membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut
Biro Perancang Negara. Ir. Djuanda diangkat sebagai menteri perancang nasional.
Pada bulan Mei 1956, Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun
(RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961. Rencana
Undang-Undang tentang rencana Pembangunan ini disetujui oleh DPR pada tanggal
11 November 1958. Pembiayaan RPLT ini diperkirakan mencapai Rp. 12,5 miliar.
7)
Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap)
Ketegangan antara pusat dan daerah
pada masa Kabinet Djuanda untuk sementara waktu dapat diredakan dengan diadakan
Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Ir. Djuanda sebagai Perdana Menteri
memberikan kesempatan kepada Munap untuk mengubah rencana pembangunan itu agar
dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang.
3)
Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Strukur Ekonomi Indonesia pada
waktu itu menjurus kepada sistem etatisme, artinya segala-galanya diatur dan
dipegang oleh pemerintah. Kegiatan-kegiatan ekonomi banyak diatur oleh
peraturan-peraturan pemerintah, sedangkan prinsip-prinsip ekonomi banyak yang
diabaikan. Akibatnya, defisit dari tahun ke tahun meningkat 40 kali lipat. Dari
Rp. 60,5 miliar pada tahun 1960 menjadi Rp. 2.514 miliar pada tahun 1965,
sedangkan penerimaan negara pada tahun 1960 sebanyak Rp. 53,6 miliar, hanya
meningkat 17 kali lipat menjadi Rp. 923,4 miliar. Mulai bulan Januari – Agustus
1966, pengeluaran negara menjadi Rp. 11 miliar, sedangkan penerimaan negara hanya
Rp. 3,5 miliar. Defisit yang semakin meningkat ditutup dengan pencetakan uang
baru tanpa perhitungan matang. Akibatnya menambah berat angka inflasi.
Dalam rangka membendung inflasi dan
untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka pada tanggal 25
Agustus 1959 pemerintah mengumumkan keputusannya tentang penurunan nilai uang (devaluasi)
sebagai berikut :
1)
Uang kertas pecahan bernilai Rp. 500 menjadi Rp. 50.
2)
Uang kertas pecahan bernilai Rp. 1000 menjadi Rp. 100.
3)
Pembekuan semua simpanan di bank yang melebihi Rp.
25.000
Usaha Pemerintah ini tidak mampu
mengatasi kemerosotan ekonomi yang semakin jauh, terutama perbaikan dalam
bidang moneter. Pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan baru bagi
ekonomi secara menyeluruh, yaitu Deklarasi Ekonomi (Dekon). Dekon dinyatakan
sebagai dasar ekonomi Indonesia yang menjadi bagian dari strategi umum Revolusi
Indonesia. Tujuan dibentuknya Dekon adalah untuk menciptakan ekonomi yang
bersifat nasional, demokratis dan bebas dari sisa-sisa imperialisme untuk
mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam
pelaksanaannya, Dekon mengakibatkan stagnasi dalam perekonomian Indonesia.
Kesulitan-kesulitan ekonomi semakin mencolok. Pada tahun 1961-9162 harga
barang-barang pada umumnya naik 400%. Politik Konfrontasi dengan Malaysia dan
negara-negara Barat semakin memperparah kemerosotan ekonomi Indonesia.
Pada tanggal 13 Desember 1965
melalui penetapan Presiden No. 27 tahun 1965, diambillah langkah devaluasi
dengan menjadikan Uang senilai Rp. 1000 menjadi Rp. 1. Sehingga uang rupiah
baru semestinya bernilai 1000 kali lipat uang lama. Akan tetapi didalam
Masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi uang
rupiah baru. Akibatnya, tindakan moneter pemerintah menekan inflasi ini malah
meningkatkan angka inflasi. Pada masa Demokrasi terpimpin ini banyak
proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan oleh pemerintah. Akibatnya pemerintah
harus mengadakan peneluaran-pengeluaran yang sangat besar, sehingga harga-harga
kebutuhan pokok makin melambung tinggi. Tingkat harga paling tinggi terjadi
pada tahun 1965, yaitu sebesar 200%-300% dari tahun sebelumnya, seiring dengan
ekspor yang semakin lesu dan impor yang dibatasi karena lemahnya devisa.
Dalam rangka pelaksanaan ekonomi terpimpin, Presiden Soekarno merasa perlu untuk mempersatukan semua bank negara kedalam satu bank sentral. Untuk itu dikeluarkan penpres No. 7 Tahun 1965 tentang pendirian Bank Tunggal Milk Negara. Tugas bank tersebut sebagai bank sirkulasi, bank sentral dan bank umum. Untuk mewujudkan tujuan itu maka dilakukan peleburan bank-bank negara Seperti Bank koperasi dan Bank Nelayan (BKTN), Bank Umum Negara, Bank Tabungan negara, Bank Negara Indonesia kedalam Bank Indonesia. Selanjutnya dibentuklah Bank Negara Indonesia yang terbagi dalam beberapa unit dengan pekerjaan dan tugas masing-masing.
Dalam rangka pelaksanaan ekonomi terpimpin, Presiden Soekarno merasa perlu untuk mempersatukan semua bank negara kedalam satu bank sentral. Untuk itu dikeluarkan penpres No. 7 Tahun 1965 tentang pendirian Bank Tunggal Milk Negara. Tugas bank tersebut sebagai bank sirkulasi, bank sentral dan bank umum. Untuk mewujudkan tujuan itu maka dilakukan peleburan bank-bank negara Seperti Bank koperasi dan Bank Nelayan (BKTN), Bank Umum Negara, Bank Tabungan negara, Bank Negara Indonesia kedalam Bank Indonesia. Selanjutnya dibentuklah Bank Negara Indonesia yang terbagi dalam beberapa unit dengan pekerjaan dan tugas masing-masing.
C.
Perkembangan Perekonomian Indonesia pada Masa Orde Baru
Inflasi pada tahun 1966 mencapai
650% dan defisit APBN lebih besar daripada seluruh jumlah penerimaannya. Neraca
pembayaran dengan luar negeri mengalami defisit yang besar, nilai tukar rupiah
tidak stabil” (Gilarso, 1986:221) merupakan gambaran singkat betapa hancurnya
perekonomian kala itu yang harus dibangun lagi oleh masa orde baru atau juga
bisa dikatakan sebagi titik balik. Awal masa orde baru menerima beban berat
dari buruknya perekonomian orde lama. Tahun 1966-1968 merupakan tahun untuk
rehabilitasi ekonomi. Pemerintah orde baru berusaha keras untuk menurunkan
inflasi dan menstabilkan harga. Oleh karena itu pemerintah menempuh cara
sebagai berikut :
a.
Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang kacau sebagai
peninggalan masa Demokrasi Terpimpin,pemerintah menempuh cara :
·
Mengeluarkan Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966
tentang Pembaruan Kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan.
·
MPRS mengeluarkan garis program pembangunan,
yakni program penyelamatan, program stabilitas dan rehabilitasi, serta program
pembangunan.
·
Program pemerintah diarahkan pada upaya
penyelamatan ekonomi nasional terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi.
b.
Kerja Sama Luar Negeri
Keadaan ekonomi Indonesia pasca
Orde Lama sangat parah, hutangnya mencapai 2,3-2,7 miliar sehingga pemerintah
Indonesia meminta negara-negara kreditor untuk dapat menunda pembayaran kembali
utang Indonesia. Pemerintah mengikuti perundingan dengan negara-negara kreditor
di Tokyo Jepang pada 19-20 September 1966 yang menanggapi baik usaha pemerintah
Indonesia bahwa devisa ekspornya akan digunakan untuk pembayaran utang yang
selanjutnya akan dipakai untuk mengimpor bahan-bahan baku.
c.
Pembangunan Nasional
Dilakukan pembagunan nasional pada
masa Orde Baru dengan tujuan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah
Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman
tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana
politik dan ekonomi yang stabil. Isi Trilogi Pembangunan adalah sebagai berikut
:
1.
Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3.
Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Dengan dikendalikannya inflasi,
stabilitas politik tercapai yang berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang
mulai terjamin dengan adanya IGGI. Maka sejak tahun 1969, Indonesia dapat
memulai membentuk rancangan pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima
Tahun (REPELITA). Pembangunan ekonomi menurut REPELITA adalah mengacu pada
sektor pertanian menuju swasembada pangan yang diikuti pertumbuhan industri
bertahap.
D.
Perkembangan Perekonomian Indonesia pada Masa Reformasi
Pemerintahan reformasi diawali pada
tahun 1998. Peristiwa ini dipelopori oleh ribuan mahasiswa yang berdemo
menuntut presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya dikarenakan pemerintahan
Bapak Soerhato dianggap telah banyak merugikan Negara dan banyak yang melakukan
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).Tahun 1998 merupakan tahun terberat bagi
pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai akibat krisis moneter di Asia yang
dampaknya sangat terasa di Indonesia. Nilai rupiah yang semula 1 US$ senilai
Rp. 2.000,- menjadi sekitar Rp. 10.000,- bahkan mencapai Rp. 12.000,- (5 kali
lipat penurunan nilai rupiah terhadap dolar). Artinya, nilai Rp. 1.000.000,-
sebelum tahun 1998 senilai dengan 500 US$ namun setelah tahun 1998 menjadi
hanya 100 US$. Hutang Negara Indonesia yang jatuh tempo saat itu dan harus
dibayar dalam bentuk dolar, membengkak menjadi lima kali lipatnya karena uang
yang dimiliki berbentuk rupiah dan harus dibayar dalam bentuk dolar Amerika.
Ditambah lagi dengan hutang swasta yang kemudian harus dibayar Negara Indonesia
sebagai syarat untuk mendapat pinjaman dari International Monetary Fund (IMF).
Tercatat hutang Indonesia membengkak menjadi US$ 70,9 milyar (US$20 milyar adalah
hutang komersial swasta). Sementara itu, krisis sosial horizontal di Indonesia
juga mengalami titik puncak. Kondisi kehidupan masyarakat yang sangat sulit,
ditambah dengan angka pengangguran yang tinggi, menyebabkan berbagai benturan
sosial. Kerusuhan sistematis yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia pada
13-14 Mei 1998 menjadi bukti dari adanya pergesekan sosial antar masyarakat.
Munculnya berbagai kerusuhan sosial
horizontal ini merupakan implikasi dari kebijakan ekonomi sentralistik yang
menimbulkan jurang pemisah kesejahteraan yang begitu tinggi anatara pusat dan
daerah. Pola transmigrasi yang diterapkan oleh pemerintah tidak diiringi dengan
penanganan solidaritas sosial di daerah tujuan. Pada akhirnya, kecemburuan
sosial akibat adanya disparitas tingkat perekonomian tersebut tidak dapat
dihindarkan. Kondisi inilah yang kemudian memicu tuntutan kepada pemerintah
pusat untuk mereformasi pola pembangunan ekonomi. Tuntutan inilah yang
memunculkan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya reformasi bagi
kehidupan bangsa.
BAB III
KESIMPULAN
Pada masa
penjajahan yang terbagi menjadi masa penjajahan Belanda dan masa sistem tanam
paksa perekonomian Indonesia terjadi kebangkrutan yang dialami oleh pemerintah
penjajah akibat dari Perang Diponegoro. Memang dari hasil sistem Tanam Paksa
ini berhasil meningkatkan sejumlah komoditi pertanian hingga dapat dieskpor ke
Eropa, sehingga semakin tinggi penghasilan yang didapat oleh pemerintahan
Belanda saat itu namun upah yang diberikan kepada kaum petani tidak seimbang
dibanding tenaga dan jerih payah yang mereka keluarkan di masa sistem tanam
paksa tersebut. Pemerintahan pada ada masa Orde Lama dibagi menjadi 3, yaitu:
masa pasca kemerdekaan, demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin. Pada masa
orde lama tersebut perekonomian Indonesia masih sangat buruk walaupun sudah
dilakukan banyak usaha untuk memperbaikinya. Pada masa Orde Baru sekitar tahun
1966 terjadi inflasi mencapai 650% dan defisit APBN lebih besar daripada
seluruh jumlah penerimaannya. Hal tersebut merupakan gambaran singkat betapa
hancurnya perekonomian kala itu yang harus dibangun lagi oleh masa orde baru
atau juga bisa dikatakan sebagi titik balik. Awal masa orde baru menerima beban
berat dari buruknya perekonomian orde lama. Pemerintah pun kembali melakukan
usaha untuk memperbaiki perekonomian saat itu seperti: stabilitasi dan
rehabilitasi ekonomi, kerja sama luar negeri dan pembangunan nasional dengan
melakukan program REPELITA (rencana pembangunan lima tahun). Pembangunan
ekonomi menurut REPELITA adalah mengacu pada sektor pertanian menuju swasembada
pangan yang diikuti pertumbuhan industri bertahap. Pada masa reformasi
perekonomian Indonesia ditandai dengan krisis moneter yang berlanjut menjadi
krisis ekonomi yang sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda kearah
pemulihan. Walaupun ada pertumbuhan ekonomi sekitar 6% untuk tahun 1997 dan
5,5% untuk tahun 1998 dimana inflasi sudah duperhitungkan, namun laju inflasi
masih cukup tinggi yaitu sekitar 100%. Pada tahun 1998 hampir seluruh sektor
mengalami pertumbuhan negatif, hal ini berbeda dengan kondisi ekonomi tahun
1999. Perekonomian Indonesia sejak pemerintahan masa orde lama hingga masa
reformasi masih mengalami beberapa gejolak. Perekonomian Indonesia masih jatuh
bangun. Hal itu dapat dilihat dari :
1.
Kemiskinan yang masih ada.
2.
Pengangguran tingkat tinggi dikarenakan jumlah lapangan
pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja.
3.
Maraknya para koruptor karena hukum di negeri ini
kurang tegas (Indonesia termasuk dalam 5 terbesar Negara terkorup didunia).
4.
Masih terjadi kesenjangan ekonomi antara penduduk yang
miskin dan yang kaya.
5.
Nilai rupiah masih sekitar Rp 9.000-Rp 10.000.
6.
Masih memiliki hutang ke luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Dumairy.
1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Magdalia
Alfian, Nana Nurliana Soeyono dan Sudarini Suhartono. 2003. Sejarah untuk SMA
dan MA Kelas XII Program IPA. Jakarta: Erlangga.
M. Habib
Mustopo dkk. 2011. Sejarah 3 Untuk Kelas XII SMA Program IPA. Jakarta:
Yudistira.
Yudistira.
http://novitawng.wordpress.com/2013/05/05/sejarah-perekonomian-indonesia-pada-masa-orde-lama-dan-orde-baru/
http://yayuksulistiyani.blogspot.com/2011/05/perkembangan-perekonomian-indonesia.html
http://obrolanekonomi.blogspot.com/2013/04/sistem-perekonomian-indonesia-pada-masa-penjajahan-belanda.html