Rabu, 16 April 2014

Kriteria Pengukuran Keberhasilan Pembangunan Ekonomi



Kriteria Pengukuran Keberhasilan Pembangunan Ekonomi

Disusun Oleh :
Kelas : 1 EB 22
·         Harmbati 2A213213
·         Indah Nurlestari 2A213365
·         Melani Oktafiarni 2A213212
·         Metta Ratna Dewi 2A213214
·         Silvia Oktaviani 2A213215



UNIVERSITAS GUNADARMA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Selama ini banyak negara sedang berkembang telah berhasil menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, tetapi masih banyak permasalahan pembangunan yang belum terpecahkan, seperti tingkat pengganguran tetap tinggi, pembagian pendapatan tambah tidak merata, masih banyak terdapat kemiskinan absolut, tingkat pendidikan rata-rata masih rendah, pelayanan  kesehatan masih kurang, dan sekelompok kecil penduduk yang sangat kaya cenderung semakin kaya sedangkan sebagian besar penduduk tetap saja bergelut dengan kemiskinan. Keadaan ini memprihatinkan, banyak ahli ekonomi pembangunan  yang mulai mempertanyakan arti dari pembangunan.
Mengingat konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur penilaian pertumbuhan ekonomi nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen. Untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara harus mempunyai beberapa kriteria yaitu, Pendapatan per kapita, Pendapatan Nasional, Distribusi Pendapatan, Peranan Sektor Industri dan Jasa, Kesempatan Kerja, Stabilitas Ekonomi, dan Neraca Pembayaran Luar Negeri harus bagus dan baik guna kesejahteraan masyarakat.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pendapatan perkapita dan pendapatan nasional di Indonesia dari tahun 2010 s/d 2013 dari Badan Pusat Statistik?
2.      Bagaimana peranan sektor industri dan jasa dalam keberhasilan pembangunan ekonomi?
3.      Bagaimana laju inflasi dalam keberhasilan pembangunan ekonomi?
4.      Bagaimana suku bunga dalam keberhasilan pembangunan ekonomi?
5.      Bagaimana kesempatan kerja di Indonesia dalam keberhasilan pembangunan ekonomi?

1.3    Tujuan
1.      Mengetahui pendapatan perkapita dan pendapatan nasional di Indonesia dari tahu 2010 s/d 2013
2.      Mengetahui peranan sektor industri dan jasa dalam keberhasilan pembangunan ekonomi
3.      Mengetahui laju inflasi dalam keberhasilan pembangunan ekonomi?
4.      Mengetahui suku bunga dalam keberhasilan pembangunan ekonomi?
5.      Mengetahui kesempatan kerja di Indonesia dalam keberhasilan pembangunan ekonomi?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pendapatan Perkapita dan Pendapatan Nasional di Indonesia tahun 2010 s/d 2013 dari Badan Pusat statistik
Dalam ilmu ekonomi pendapatan nasional merupakan konsep yang menarik untuk dipelajari. Setiap kegiatan ekonomi dalam suatu negara pasti berkaitan pendapatan nasional. Tingkat perkembangan ekonomi suatu negara juga dapat dilihat dari pendapatan nasionalnya. Usaha-usaha pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara pasti diarahkan untuk meningkatkan dan menstabilkan pendapatan nasional. Pendapatan nasional adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
suatu perekonomian dalam periode tertentu yang dihitung berdasarkan nilai pasar. Sedangkan pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk, oleh sebab itu untuk memperoleh pendapatan perkapita pada suatu tahun, yang harus dilakukan adalah membagi pendapatan nasional pada tahun itu dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama. Pendapatan perkapita juga sering digunakan sebagai indikator pembangunan suatu negara untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi antara negara-negara maju dengan negara sedang berkembang. Dengan kata lain selain pendapatan per kapita bisa memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat di berbagai negara juga dapat menggambarkan perubahan corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi diantara berbagai negara.


Pengeluaran Produk Domestik Bruto Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2013 (Miliar Rupiah)









Jenis Pengeluaran
2013***
Jumlah

I
II
III
IV









1
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
1195106,60
1227187,99
1314172,70
1334627,12
5071094,41


a. Makanan
573453,80
588101,59
625968,00
635103,89
2422627,28


b. Bukan Makanan
621652,80
639086,40
688204,70
699523,23
2648467,13









2
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (a+b-c)
146528,44
191273,49
217307,64
272133,18
827242,76


a. Belanja Barang
46513,16
82506,69
93231,64
152276,94
374528,43


b. Belanja Pegawai + Penyusutan (NTB)
114561,39
128657,64
148126,66
149845,57
541191,27


c. Penerimaan Barang dan Jasa
14546,11
19890,84
24050,66
29989,33
88476,95









3
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
669758,96
705661,41
732368,26
768464,53
2876253,15


a. Bangunan
569721,33
596349,76
618611,62
650285,89
2434968,60


b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri
6530,18
6884,33
7292,43
7065,85
27772,77


c. Mesin dan Perlengkapan Luar Negeri
57010,38
62047,07
65951,01
71161,06
256169,52


d. Alat Angkutan Dalam Negeri
5581,97
5543,80
5463,96
5901,39
22491,11


e. Alat Angkutan Luar Negeri
16962,16
18879,27
19234,43
16947,99
72023,85


f. Lainnya Dalam Negeri
9547,85
10652,62
10077,87
11519,59
41797,93


g. Lainnya Luar Negeri
4405,10
5304,57
5736,94
5582,76
21029,37









4
a. Perubahan Inventori
73132,97
90040,07
25095,84
-8490,80
179778,08


b. Diskrepansi Statistik 1)
82177,95
56378,04
123443,78
48914,08
310913,85









5
Ekspor Barang dan Jasa
502040,97
511648,27
528541,85
614577,51
2156808,60


a. Barang
452022,04
460976,66
472778,82
549843,73
1935621,24


b. Jasa
50018,93
50671,61
55763,03
64733,78
221187,36









6
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
525074,09
569465,57
581282,07
662296,92
2338118,65


a. Barang
444574,09
478852,77
490449,57
552838,72
1966715,15


b. Jasa
80500,00
90612,80
90832,50
109458,20
371403,50









7
PRODUK DOMESTIK BRUTO
2143671,80
2212723,70
2359648,00
2367928,70
9083972,20









8
Pendapatan Neto Terhadap Luar Negeri
-60535,29
-69574,99
-73725,57
-77260,90
-281096,76


Atas Faktor Produksi







a. Pendapatan Dari Luar Negeri
7861,26
5894,02
4848,04
4625,05
23228,36


b. Pendapatan Ke Luar Negeri
68396,55
75469,01
78573,61
81885,95
304325,12









9
PRODUK NASIONAL BRUTO
2083136,51
2143148,71
2285922,43
2290667,80
8802875,44









10
Dikurangi Pajak Tidak Langsung Neto (a-b)
98975,61
21361,26
76141,38
74633,41
271111,66


a. Pajak Tidak Langsung
122467,25
143769,34
152648,31
181757,04
600641,93


b. Subsidi
23491,64
122408,08
76506,93
107123,63
329530,27









11
Dikurangi Penyusutan
107183,59
110636,19
117982,40
118396,44
454198,61









12
PENDAPATAN NASIONAL
1876977,31
2011151,26
2091798,65
2097637,96
8077565,18

*** Angka sangat sangat sementara

1) Selisih antara PDB Lap. Usaha dan Pengeluaran









Jenis Pengeluaran
2012**
Jumlah

I
II
III
IV









1
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
1072083,60
1097070,40
1152845,80
1174373,60
4496373,40


a. Makanan
508027,40
521845,10
552292,40
559049,80
2141214,70


b. Bukan Makanan
564056,20
575225,30
600553,40
615323,80
2355158,70









2
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (a+b-c)
138166,84
186143,46
175661,04
233298,04
733269,38


a. Belanja Barang
48428,34
73231,95
74492,46
128297,48
324450,22


b. Belanja Pegawai + Penyusutan (NTB)
105925,28
128936,09
118476,81
132976,95
486315,12


c. Penerimaan Barang dan Jasa
16186,78
16024,58
17308,23
27976,38
77495,97









3
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
619865,19
661298,26
691322,13
716397,95
2688883,53


a. Bangunan
524895,54
554155,87
582263,21
605709,11
2267023,73


b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri
6404,23
6469,56
6408,18
6375,64
25657,61


c. Mesin dan Perlengkapan Luar Negeri
54941,60
61873,12
63620,32
64425,19
244860,23


d. Alat Angkutan Dalam Negeri
4498,80
4958,91
4906,26
5002,13
19366,10


e. Alat Angkutan Luar Negeri
17188,37
20722,16
20103,74
20793,93
78808,20


f. Lainnya Dalam Negeri
7528,90
7960,78
8915,02
9385,30
33790,00


g. Lainnya Luar Negeri
4407,75
5157,87
5105,39
4706,65
19377,67









4
a. Perubahan Inventori
86238,22
67295,30
21845,20
-5069,11
170309,60


b. Diskrepansi Statistik 1)
53575,53
80775,18
88444,13
46280,13
269074,96









5
Ekspor Barang dan Jasa
491164,53
501518,40
492198,50
514372,60
1999254,03


a. Barang
448652,03
458449,80
449218,10
463467,40
1819787,33


b. Jasa
42512,50
43068,60
42980,40
50905,20
179466,70









6
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
488155,20
546353,20
505943,00
587274,10
2127725,50


a. Barang
412985,10
466204,30
429364,40
494423,20
1802977,00


b. Jasa
75170,10
80148,90
76578,60
92850,90
324748,50









7
PRODUK DOMESTIK BRUTO
1972938,70
2047747,80
2116373,80
2092379,10
8229439,40









8
Pendapatan Neto Terhadap Luar Negeri
-52847,15
-63990,45
-62870,18
-63485,17
-243192,95


Atas Faktor Produksi







a. Pendapatan Dari Luar Negeri
6888,11
7253,77
7574,25
6829,54
28545,67


b. Pendapatan Ke Luar Negeri
59735,26
71244,23
70444,43
70314,72
271738,63









9
PRODUK NASIONAL BRUTO
1920091,55
1983757,35
2053503,62
2028893,93
7986246,45









10
Dikurangi Pajak Tidak Langsung Neto (a-b)
101310,99
8204,61
82247,30
-145326,45
46436,46


a. Pajak Tidak Langsung
109199,99
129145,94
130863,10
19570,42
388779,45


b. Subsidi
7889,00
120941,33
48615,80
164896,87
342342,99









11
Dikurangi Penyusutan
98646,94
102387,39
105818,69
104618,96
411471,97









12
PENDAPATAN NASIONAL
1720133,62
1873165,34
1865437,63
2069601,42
7528338,02

** Angka sangat sementara

1) Selisih antara PDB Lap. Usaha dan Pengeluaran









Jenis Pengeluaran
2011*
Jumlah

I
II
III
IV









1
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
964390,30
983673,20
1042226,20
1063073,90
4053363,60


a. Makanan
461614,90
465855,00
494238,10
504457,80
1926165,80


b. Bukan Makanan
502775,40
517818,20
547988,10
558616,10
2127197,80









2
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (a+b-c)
118708,62
149738,56
176424,95
224128,46
669000,58


a. Belanja Barang
39144,70
63674,62
73920,85
129180,66
305920,84


b. Belanja Pegawai + Penyusutan (NTB)
92029,77
101741,04
118927,28
120672,74
433370,83


c. Penerimaan Barang dan Jasa
12465,85
15677,11
16423,18
25724,94
70291,09









3
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
541890,10
571980,59
610433,12
645969,14
2370272,96


a. Bangunan
464447,74
492046,69
520855,29
545077,99
2022427,72


b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri
6086,92
6118,95
6147,18
5943,87
24296,92


c. Mesin dan Perlengkapan Luar Negeri
43957,07
45926,00
52189,13
59213,38
201285,58


d. Alat Angkutan Dalam Negeri
3874,42
3748,13
4028,01
3559,78
15210,34


e. Alat Angkutan Luar Negeri
12611,08
12616,87
15549,68
19682,98
60460,61


f. Lainnya Dalam Negeri
7500,56
7911,92
7751,50
7413,25
30577,24


g. Lainnya Luar Negeri
3412,31
3612,03
3912,32
5077,89
16014,56









4
a. Perubahan Inventori
33510,78
31533,80
25527,69
-19798,11
70774,16


b. Diskrepansi Statistik 1)
54654,50
45489,65
47831,84
3049,20
151025,20









5
Ekspor Barang dan Jasa
442141,80
495041,10
506434,20
512203,90
1955821,00


a. Barang
407855,30
460667,00
465140,70
466364,80
1800027,80


b. Jasa
34286,50
34374,10
41293,50
45839,10
155793,20









6
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
405909,20
454983,60
479871,80
510305,80
1851070,40


a. Barang
339801,60
384936,40
405792,20
427934,00
1558464,20


b. Jasa
66107,60
70047,20
74079,60
82371,80
292606,20









7
PRODUK DOMESTIK BRUTO
1749386,90
1822473,30
1929006,20
1918320,70
7419187,10









8
Pendapatan Neto Terhadap Luar Negeri
-44750,17
-55551,22
-65470,02
-51121,29
-216892,69


Atas Faktor Produksi







a. Pendapatan Dari Luar Negeri
6724,14
6915,63
7025,97
6928,70
27594,43


b. Pendapatan Ke Luar Negeri
51474,31
62466,85
72495,98
58049,99
244487,12









9
PRODUK NASIONAL BRUTO
1704636,73
1766922,08
1863536,18
1867199,41
7202294,41









10
Dikurangi Pajak Tidak Langsung Neto (a-b)
65861,30
71217,40
40833,09
1813,54
179725,32


a. Pajak Tidak Langsung
90615,00
100750,90
118105,35
143679,88
453151,13


b. Subsidi
24753,70
29533,50
77272,27
141866,34
273425,81









11
Dikurangi Penyusutan
87469,35
91123,67
96450,31
95916,04
370959,36









12
PENDAPATAN NASIONAL
1551306,09
1604581,02
1726252,79
1769469,84
6651609,73

*Angka sementara

1) Selisih antara PDB Lap. Usaha dan Pengeluaran






Jenis Pengeluaran
2010
Jumlah

I
II
III
IV









1
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
865662,81
891163,77
936136,33
950462,12
3643425,03


a. Makanan
407740,09
423153,39
447143,44
455764,44
1733801,36


b. Bukan Makanan
457922,72
468010,38
488992,89
494697,68
1909623,66









2
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (a+b-c)
100512,71
136124,19
148125,93
202520,04
587282,86


a. Belanja Barang
37807,05
58467,76
72924,56
112505,35
281704,71


b. Belanja Pegawai + Penyusutan (NTB)
71297,47
93104,50
91510,42
103928,48
359840,87


c. Penerimaan Barang dan Jasa
8591,81
15448,08
16309,05
13913,79
54262,72









3
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
468941,81
498150,57
542283,00
555618,72
2064994,10


a. Bangunan
404030,94
431022,89
462914,10
475763,01
1773730,95


b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri
5830,82
5875,07
6110,96
6199,03
24015,87


c. Mesin dan Perlengkapan Luar Negeri
33483,77
35521,02
44099,64
45562,13
158666,55


d. Alat Angkutan Dalam Negeri
3345,29
3521,63
3607,98
3724,57
14199,47


e. Alat Angkutan Luar Negeri
11639,85
11581,77
14271,87
12893,58
50387,07


f. Lainnya Dalam Negeri
6921,97
7124,87
7225,11
7428,97
28700,93


g. Lainnya Luar Negeri
3689,18
3503,32
4053,35
4047,43
15293,27









4
a. Perubahan Inventori
13201,78
15501,60
20408,94
-30747,90
18364,42


b. Diskrepansi Statistik 1)
24115,50
28868,27
16956,70
-45208,48
24731,99









5
Ekspor Barang dan Jasa
363104,80
374567,60
384924,90
462076,50
1584673,80


a. Barang
333159,00
341149,20
349135,40
424480,30
1447923,90


b. Jasa
29945,80
33418,40
35789,50
37596,20
136749,90









6
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
329682,40
355528,30
378268,70
413140,90
1476620,30


a. Barang
265597,30
286409,00
304870,70
336184,80
1193061,80


b. Jasa
64085,10
69119,30
73398,00
76956,10
283558,50









7
PRODUK DOMESTIK BRUTO
1505857,00
1588847,70
1670567,10
1681580,10
6446851,90









8
Pendapatan Neto Terhadap Luar Negeri
-43415,83
-46224,40
-45382,73
-45945,93
-180968,89


Atas Faktor Produksi







a. Pendapatan Dari Luar Negeri
6470,07
6539,06
6627,10
6789,93
26426,15


b. Pendapatan Ke Luar Negeri
49885,90
52763,46
52009,83
52735,86
207395,04









9
PRODUK NASIONAL BRUTO
1462441,17
1542623,30
1625184,38
1635634,17
6265883,01









10
Dikurangi Pajak Tidak Langsung Neto (a-b)
74234,88
34754,27
55753,85
60450,55
225193,56


a. Pajak Tidak Langsung
74234,88
86386,82
89523,12
136963,95
387108,77


b. Subsidi
0,00
51632,55
33769,27
76513,40
161915,21









11
Dikurangi Penyusutan
75292,85
79442,38
83528,36
84079,01
322342,60









12
PENDAPATAN NASIONAL
1312913,44
1428426,65
1485902,17
1491104,61
5718346,86

1) Selisih antara PDB Lap. Usaha dan Pengeluaran











2.2    Peranan Sektor Industri dan Jasa dalam Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
2.2.1        Pengertian industri dan Pembangunan Ekonomi
Industri mempunyai dua arti, yang pertama dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Misalnya industri kosmetik yang berarti himpunan perusahaan-perusahaan penghasil produk-produk kosmetik. Kedua, industri dapat pula merujuk kesuatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi.
2.2.2        Peranan Industri dalam Pembangunan Ekonomi
Pembangunan Ekonomi suatu bangsa merupakan pilar penting bagi terselenggaranya proses pembangunan di segala bidang. Karena jika pembangunan ekonomi suatu bangsa berhasil, maka bidang-bidang lain seperti bidang hukum, politik, pertanian, dan lain-lain akan sangat terbantu. Suatu masyarakat yang pembangunan ekonominya berhasil ditandai dengan tingginya pendapatan perkapita masyarakat negara tersebut. Dengan tingginya pendapatan perkapita masyarakat, maka negara dan masyarakat akan dapat lebih leluasa dalam menjalankan berbagai aktivitas pada berbagai bidang yang lain. Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional dari tahun ke tahun menunjukkan kontribusi yang signifikan. Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi Nasional dapat ditelusuri dari kontribusi masing-masing subsektor terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional atau terhadap produk domestik bruto. Pada beberapa negara yang tergolong maju, peranan sektor industri lebih dominan dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain karena nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap input atau bahan dasar yang diolah. Pada negara-negara berkembang, peranan sektor industri juga menunjukkan kontribusi yang semakin tinggi. Kontribusi yang semakin tinggi dari sektor industri menyebabkan perubahan struktur perekonomian negara yang bersangkutan secara perlahan ataupun cepat dari sektor pertanian ke sektor industri. Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sangat penting karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dalam hal akselerasi pembangunan. Keunggulan-keunggulan sektor industri tersebut diantaranya memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja dan mampu menciptakan nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan.
2.1.3        Data Industri
Sektor Industri diharapkan dapat menjadi motor penggerak perekonomian nasional dan telah menempatkan industri manufaktur sebagai penghela sektor rill. Hal ini dapat dipahami mengingat berbagai kekayaan sumber daya alam kita yang memiliki keunggulan komparatif berupa produk primer, perlu diolah menjadi produk industri untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi. Sesuai dengan tahapan perkembangan negara kita, sudah saatnya kita melakukan pergeseran andalan sektor ekonomi kita dari industri primer ke industri sekunder, khususnya industri manufaktur nonmigas. Membangun sektor industri pada era globalisasi tentu membutuhkan strategi yang tepat dan konsisten, sehingga dapat mewujudkan industri yang tangguh dan berdaya saing baik di pasar domestik maupun di pasar global, yang pada gilirannya mampu mendorong tumbuhnya perekonomian, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi kemiskinan. Sektor industri yang berkembang sampai saat ini ternyata masih didominasi oleh industri padat tenaga kerja, yang biasanya memiliki mata rantai relatif pendek, sehingga penciptaan nilai tambah juga relatif kecil. Akan tetapi karena besarnya populasi unit usaha maka kontribusi terhadap perekonomian tetap besar. Terdapat tiga unsur pelaku ekonomi yang mendukung perkembangan sektor industri, yaitu Badan Usaha Milik Swasta ( BUMS ), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pengusaha kecil / menengah, serta koperasi ( PKMK ).
2.1.4        Peranan Jasa Dalam Perekonomian
Sektor jasa dapat dikelompokkan dalam beberapa bidang jasa, antara lain :
1.      Jasa di bidang bisnis (business services), Seperti konsultasi jasa-jasa keuangan dan perbankan.
2.    Jasa di bidang perdagangan (distribution services), seperti jasa-jasa perdagangan eceran, grosir, jasa-jasa pemeliharaan dan perbaikan.
3.   Jasa di bidang infrastruktur (infrastructure services), seperti jasa-jasa komunikasi dan transportasi.
4.  Jasa untuk kepentingan social dan pribadi (social and personal services), seperti rumah sakit, restoran, dan salon kecantikan.
5.   Jasa administrasi pemerintah (government service), seperti jasa-jasa pendidikan dan pemerintahan (militer, polisi, pengadilan).
6.      Jasa pariwisata
Sejarah perkembangan sector jasa dalam perekonomian atau evolusi ekonomi terdiri dari 5 tahap dengan bidang-bidang ekonomi di masing-masing tahap yaitu :
1.      Tahap Pertama (Primary)
(Extractive) Pertanian, pertambangan, perikanan, perhutanan
2.      Tahap Kedua (secondary)
(Goods-Producing) Manufaktur (pembuatan) barang, pemrosesan barang
3.      Tahap ketiga (tertiary)
(Domestic services) Restoran dan hotel, salon kecantikan, jasa cuci pakaian, jasa pemeliharaan dan perbaikan
4.      Tahap keempat (quatemary)
(Trade and commerce service) Transportasi, jasa eceran, jasa komunikasi, keuangan dan asuransi, perumahan, dan pemerintahan
5.      Tahap kelima (quinary)
(Refining and extending human capacity) Kesehatan, pendidikan, penelitian, rekreasi dan seni
Kegiatan di sektor jasa dimulai pada tahap ketiga yaitu kegiatan jasa di bidang perhotelan dan restoran. Pada tahap-tahap selanjutnya, terlihat perkembangan sector jasa yang semakin mendominasi sector-sektor lainnya yang juga mencerminkan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Di samping meningkatnya bisnis jasa seiring dengan meningkatnya peranan sektor-sektor lain dalam perekonomian, dampak dari evolusi ekonomi juga akan terasa pada perubahan pergerakan tenaga kerja masyarakat. Secara global, perkembangan industry jasa dapat diukur dari jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor jasa dan bisa juga diukur dari berapa besar kontribusi sector jasa dalam produk domestik bruto. Perkembangan Bisnis Jasa Di Indonesia Industry jasa di Indonesia telah memberikan kontribusi yang cukup baik bagi perekonomian Indonesia, di mana setiap tahun terlihat peningkatan jumlah pendapatan dari sektor ini. Konsekuensinya, tenaga Indonesia yang bekerja di sector jasa juga sudah cukup besar, yaitu >43.4%, yang melebihi tenaga yang bekerja di sektor industry yang hanya 12.6% dan yang hampir sama dengan tenaga kerja yang bekerja di sector pertanian, yaitu 44%, meskipun selama ini Negara Indonesia terkenal dengan Negara pertanian (agraris). Peranan Manajer Jasa Keberhasilan sektor jasa bergantung pada kemampuan yang dimiliki oleh manajer di bidang ini untuk selalu menemukan inovasi dan mengelola keahliannya agar senantiasa dapat meningkatkan kualitas dan produktifitasnya. Para manajer juga harus memperhatikan beberapa hal berikut agar kegiatannya dapat berjalan dengan baik yaitu :
1.      Penemuan baru di bidang teknologi (innovation)
2.      Tantangan dari perubahan masyarakat
Terdapat tiga perubahan dalam kebiasaan masyarakat yang sangat mempengaruhi bisnis jasa, yaitu,
a.       Perubahan dalan sruktur usia (aging population)
b.      Semakin banyak jumlah suami-istri yang bekerja (two income families)
c.       Meningkatnya jumlah orang yang hidup sendiri (single people)
3.      Pengaruh dari skala ekonomi dan ruang lingkup ekonomi (economies of scale and economies of scope)
4.      Komplesitas dan persaingan internasional (complexity and international competitiveness)

2.3    Laju Inflasi dalam Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun. Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu :
1.      Tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar)
Lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral) yang terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
2.      Desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi)
Lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll yang terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan.
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang. Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya :
1.      Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
2.      Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
3.      Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi.
4.      Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
5.      Indeks harga barang-barang modal.
6.      Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bank sentral merupakan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral termasuk pemerintah. Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.

2.4    Suku Bunga dalam Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut "pokok utang" (principal). Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa ( bunga ) dalam suatu periode tertentu disebut "suku bunga”. Jenis bunga di bagi menjadi 3, yaitu :
1.      Bunga sederhana merupakan hasil dari pokok utang, suku bunga per periode, dan lamanya waktu peminjaman.
2.      Bunga berbunga atau disebut juga bunga majemuk merupakan nilai pokok utang ini akan berubah terus setiap akhir suatu periode dengan penambahan perhitungan bunga.
3.      Suku bunga tetap dan mengambang
Suku bunga tetap adalah suku bunga pinjaman tersebut tidak berubah sepanjang masa kredit. Sedangkan suku bunga mengambang adalah suku bunga yang berubah-ubah selama masa kredit berlangsung dengan mengikuti suatu kurs referensi tertentu.

2.5    Kesempatan Kerja di Indonesia dalam Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
Keberhasilan pembangunan tidak hanya dinilai dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi juga harus dilihat dari keberhasilan dalam mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu keberhasilan pembangunan juga diukur dari tingkat keberhasilan mengurangi jumlah jumlah penduduk miskin serta keberhasilan dalam upaya menciptakan lapangan kerja atau kesempatan kerja dan meningkatkan tingkat partisipasi angkatan kerja. Kesempatan kerja merupakan peluang bagi angkatan kerja yang menganggur untuk mendapatkan pekerjaan yang berarti pula peluang atau kesempatan untuk mendapatkan penghasilan. Keadaan tenaga kerja dan kesempatan kerja di Indonesia ditandai oleh adanya beberapa masalah pokok yang bersifat struktural. Masih tingginya tingkat pertumbuhan penduduk berarti masih tetap tinggi pula pertumbuhan angkatan kerja. Diperkirakan pertumbuhan angkatan kerja lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk oleh karena struktur umur penduduk yang relatif muda. Hal ini berarti banyak tenaga kerja yang berusia muda dan umumnya kurang atau belum trampil dan kurang pengalaman. Selain itu masalah ketenagakerjaan juga ditandai oleh adanya kekurangan seimbangan penyebaran tenaga kerja bila dikaitkan dengan sumber alam yang tersedia. Sebagian besar tenaga kerja Indonesia berada di Pulau Jawa yang merupakan bagian yang kecil dari seluruh wilayah Indonesia. Di lain pi­hak pasar kerja belum berfungsi dengan baik dalam menyebarkan tenaga kerja dari daerah yang kelebihan tenaga kerja ke daerah yang kekurangan tenaga kerja. Adanya kelebihan tenaga kerja secara umum dan belum terserapnya seluruh tenaga kerja yang tersedia, menimbulkan masalah lain pada bidang perburuhan seperti kurang layaknya syarat kerja dan kondisi kerja.
Dalam rangka mengatasi masalah ketenagakerjaan, pemerintah harus menempuh kebijaksanaan dan langkah-langkah yang bersifat menyeluruh. Sasaran yang ingin dicapai adalah per­luasan kesempatan kerja produktif, pemerataan kegiatan dan pemerataan hasil pembangunan. Dalam hubungan ini telah diru­muskan empat bentuk kebijaksanaan. Pertama, kebijaksanaan umum di bidang ekonomi dan sosial. Di bidang ekonomi, kebi­jaksanaan mencakup kebijaksanaan fiskal ketenagakerjaan, moneter dan investasi. Di bidang sosial diadakan kebijaksanaan kependudukan yang bertujuan mewujudkan masyarakat berkeluarga kecil yang sejahtera. Kedua, kebijaksanaan sektoral di berbagai sektor mengusahakan terciptanya perluasan kesempatan ker­ja berikut peningkatan produksi. Ketiga, kebijaksanaan daerah berupa pengerahan tenaga kerja dari daerah yang kelebihan ke daerah yang membutuhkan. Keempat, kebijaksanaan khusus yang secara langsung dan tidak langsung menyediakan lapangan kerja untuk waktu yang relatif pendek bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Berikut perkembangan kesempatan kerja di Indonesia dari tahun 1989-2007 dapat dilihat pada tabel IV-2 berikut ini.
Tabel IV-2
Perkembangan Kesempatan Kerja di Indonesia
Tahun 1989-2007
Tahun
Kesempatan Kerja
(Jiwa)
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
73.908.204
71.570.000
76.423.179
79.200.542
80.101.016
82.038.100
80.110.060
85.701.813
87.049.756
87.672.449
88.816.859
89.837.730
93.722.036
91.647.166
90.784.917
93.722.036
94.948.118
95.456.935
95.647.497
Sumber : BPS Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (diolah)





BAB III
KESIMPULAN

Pendapatan perkapita yang merupakan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat dan juga dapat menggambarkan perubahan corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi diantara berbagai negara. Di Indonesia pendapatan perkapita dari tahun 2010 s/d 2013 mengalami kenaikan pendapatan nasional.
Sektor Industri sangat berperan penting dalam pembangunan nasional. Karena peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi Nasional dapat ditelusuri dari kontribusi masing-masing subsektor terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional atau terhadap produk domestik bruto. Sektor industri memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain karena nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap input atau bahan dasar yang diolah. Di samping meningkatnya bisnis jasa seiring dengan meningkatnya peranan sektor-sektor lain dalam perekonomian, dampak dari evolusi ekonomi juga akan terasa pada perubahan pergerakan tenaga kerja masyarakat. Secara global, perkembangan industry jasa dapat diukur dari jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor jasa dan bisa juga diukur dari berapa besar kontribusi sector jasa dalam produk domestik bruto. Perkembangan Bisnis Jasa Di Indonesia Industry jasa di Indonesia telah memberikan kontribusi yang cukup baik bagi perekonomian Indonesia, di mana setiap tahun terlihat peningkatan jumlah pendapatan dari sektor ini.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.
Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa ( bunga ) dalam suatu periode tertentu disebut "suku bunga”. Jenis bunga di bagi menjadi 3 yaitu, Bunga sederhana, Bunga berbunga atau disebut juga bunga majemuk, dan Suku bunga tetap dan mengambang.
Keberhasilan pembangunan diukur dari tingkat keberhasilan mengurangi jumlah jumlah penduduk miskin serta keberhasilan dalam upaya menciptakan lapangan kerja atau kesempatan kerja dan meningkatkan tingkat partisipasi angkatan kerja. Keadaan tenaga kerja dan kesempatan kerja di Indonesia ditandai oleh adanya beberapa masalah pokok yang bersifat struktural. Masih tingginya tingkat pertumbuhan penduduk berarti masih tetap tinggi pula pertumbuhan angkatan kerja. Selain itu masalah ketenagakerjaan juga ditandai oleh adanya kekurangan seimbangan penyebaran tenaga kerja bila dikaitkan dengan sumber alam yang tersedia.



DAFTAR PUSTAKA
 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=11&notab=38
http://lh3i4r.wordpress.com/2010/05/09/peranan-sektor-industri-dalam-pembangunan-ekonomi-indonesia/
http://brigitalahutung.wordpress.com/2012/10/15/peranan-jasa-dalam-perekonomian/
http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bunga
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/perkembangan-kesempatan-kerja-di.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar